Pengen Surga, "Ikhlaskan" Neraka yuk!
Bukan perkara mudah memang, untuk menghilangkan kebiasaan buruk, dan memulai atau menggantikannya dengan kebiaasan yang baik, karena terkadang kenikmatan yang ditawarkan dari kebiasaan buruk tersebut justru memberikan kenikmatan atau kesenangan yang banyak, tetapi ketahuilah kesenangan tersebut bersifat sementara.Hijrah, itulah kata ganti dari judul diatas.
1 Muharram 1437H merupakan momentum Islam yang memperingati pergantian tahun sebagai peringatan pada masa jaman Rasulullah Salallahualaihisalam dimana diperintah kan kepada para Sahabat Radiyallahuanhum untuk Hijrah dari Mekah ke Madinah almunawwarroh. Allah Subhanahuwata’ala berfirman “Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang mujahirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (ni’mat) yang mulia. (Qs. Al-An’fal, 8:74).
Secara garis besar hijrah dapat kita bedakan menjadi dua macam Makaniyah dan Maknawiyah. Pertama, Hijrah Makaniyah : Yaitu meninggalkan suatu tempat. Seperti hijrahnya Ibrahim as dan Musa as, ketika Beliau khawatir akan gangguan kaumnya. Secara maknawiyah, dibedakan menjadi 4 kelompok bagian, antara lain adalah Hijrah I’tiqadiyah yaitu hijrah keyakinan. Iman bersifat fluktuatif, terkadang iman seperti para ulama, tetapi terkadang iman seseorang mendekati kekufurannya. Jadi, sifat seperti ini harus kita tinggalkan, dan selalu beristiqomah mengamalkan perintah-Nya. Yang Kedua, Hijrah Fikriyah secara bahasa berasal dari kata fiqrun yang artinya pemikiran. Hijrah seperti ini menjauhkan dari fikiran negatif kita ke fikiran positif terhadapa apa kejadian dan keputusan Allah terhadap kita.
Selanjutnya, Hijrah Syu’uriyyah atau cita rasa, kesenangan, kesukaan dan semisalnya, semau yang ada pada diri kita sering terpengaruhi oleh nilai-nilai yang kuarng Islami Banyak hal seperti hiburan, musik, bacaan, gambar/hiasan, pakaian, rumah, idola semua pihak luput dari pengaruh nilai-nilai diluar Islam. Kalau kita perhatikan, hiburan dan musik seorang muslim tak jauh beda dengan hiburannya para penganut paham permisifisme dan hedonisme, berbau hura-hura dan senang-senang belaka. Yang terakhir, Hijrah Sulukiyyah berarti tingkah laku atau kepribadian atau biasa disebut juga akhlaq. Dalam perjalanannya ahklaq dan kepribadian manusia tidak terlepas dari pergeseran nilai. Pergeseran dari kepribadian mulai (akhlaqul karimah) menuju kepribadian tercela akhlaqul sayyi’ah). Semua bergantung kepada niat kita dan jadikan tahun baru islam sebagai batu loncatan dan tolak ukur akidah kita yang selama ini telah kita perbuat, jangan sia-siakan waktu yang sudah Allah kasih ke kita. “Hisablah (lakukan perhitungan atas) dirimu sebelum dihisab oleh Allah, dan hitung ulanglah amal baik dan amal buruk sebelum Allah memberikan hasil amal atas dirimu.
Tanya sekali lagi kepada diri kita sendiri. Apakah kehidupan kita banyak diisi dengan beribadah atau bermaksiat? Apakah kita banyak mematuhi perintah Allah ataukah banyak ingkar terhadap perintah-Nya? Apakah amalan-amalan yang kita perbuat sudah sesuai syariat ataukah melanggar syariat-Nya? Apakah kita sudah benar-benar meninggalkan yang munkar dan mengerjakan amal ma’ruf? Begitu seterusnya, buatlah pertanyaan-pertanyaan yang dapat menimbulkan kesadaran kita. Semakin banyak kita merefleksikan dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai amal kita sebelumnya dan apa yang akan kita capai nanti nya. Tentu akan terjadi perubahan-perubahan positif terhadap diri kita nantinya, dan akan berdampak terhadap cara pandang hidup kita dan esensi dari hidup ini.
Tentunya jika kita menginginkan surga, perlu kita capai dengan sungguh-sungguh dan selalu berharap akan ampunan dosa-dosa yang telah kita perbuat dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Tetap istiqomah dalam menjalankan amal dan ibadah yang kita kerjakan dan selalu kita tingkatkan kualitasnya. Hingga tiba saatnya nanti kita dapat mendapatkan predikat Hijrah seperti apa yang sudah dicontohkan Sahabat-Sahabat Radiyallahuanhum kepada kita, dan mereka semua insyallah mendapatkan tempat terpuji disisi-Nya. Itulah hikmah dari Hijrah, “ikhlas” meninggalkan amalan-amalan buruk kita yang dapat menjerumuskan kita ke Neraka. Naudzubillahi mindzalik.
Tags:
By Unknown →
Selasa, 20 Oktober 2015